Selasa, 12 Juli 2016

Organize

Mumpung masih liburan, saatnya membereskan peralatan menjahit agar terlihat rapi dan memicu semangat 😉

Senin, 11 Juli 2016

Sarimbit Keluarga (3)

Kalau ini baju kakaknya. Modelnya sama, cuman yg ini model gamis/dress panjang. Bukan outer, rompi nyambung jadi satu sama dressnya. Selalu suka kombinasi kain batik dengan felfet ^^

Baju ini emang terinspirasi dari baju adek saya, cuman saya mendadak punya ide untuk menambah aksen renda di sepanjang tepinya. Lumayan cantik kan, jadinya? :)

#sewingproject #bajulebaran #sarimbitkeluarga #batikombinasi

Sarimbit Keluarga (2)

Ini baju buat adek saya. Karena dia anak baru gede yang lagi sok gaul gitu, model yang diminta gak mau blus biasa. Maunya yang ada rompinya, tapi nyambung. It's okeey, dengan melihat contoh baju dia dengan model serupa akhirnya jadilah blus kombinasi batik-felfet ^^
Felfet polos bagian dalam sengaja dibikin lebih pendek dari luarannya. Di bagian lengan sebenarnya dia minta diberi aksen pita biar lebih cantik, tapi saya gak keburu bikin karena udah mepet lebaran hehehe.

Belajar Mendesain

Saya itu orang yang kagum banget sama orang yang jago gambar. Sampai-sampai kepengen banget punya suami yang jago gambar hahaha. Sambil nunggu punya suami, saya belajar gambar desain baju dulu deh ya ^^

Ini gambar pertama saya, lho...
Ceritanya lagi pengen bikin outer gitu karena masih ada bahan bunga-bunga yang belum dijahit hihihi 😉

Sabtu, 09 Juli 2016

Sarimbit Keluarga (1)

Taraaa...selamat lebaran, Bloggy. Mohon maaf lahir batin, ya. Lebaran tahun ini sangat menyenangkan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Salah satu alasannya karena saya berhasil menyelesaikan sarimbit keluarga buat baju lebaran! Alhamdulillaah...
Saya gak kebayang gimana tukang jahit yang menjahit puluhan baju dalam sebulan bahkan seminggu. Saya bikin lima baju saja sudah seperti bikin 10 makalah sastra hahaha.
Well, akhirnya selesai. Ada dua kemeja, dua gamis, sama satu blus berbahan batik dan sebagian dikombinasikan dengan kain felfet (untuk baju cewek).
Ini baju buat ibu. Modelnya kombinasi felfet di bagian dada, bagian bawah dress, dan lengan. Bagian kerah dibikin sanghai dengan kancing depan model bobokan. Saya belajar banyak dalam membuat kerah sanghai yang masih kurang rapi, but it's okey!

Selasa, 28 Juni 2016

Pendedel Lagi

Sedih memang kalau harus kembali berhadapan dengan alat bernama pendedel. Saya sedang membuat baju batik buat seragaman baju lebaran sekeluarga. Ada dua kemeja, dua gamis kombinasi, dan satu blus. Sedihnya adalah saat kemeja bapak sudah selesai dibuat ternyata lebar kerahnya gak simetris, so harus banget deeh didedel ulaang. Padahal menjahit kerah itu kan ribet banget :(
Jadi badmood kan Bloggy jadinya. Ditambah nih, ya, ibu main dedel aja lengan karena kata bapak kurang panjang sedikit. Sayangnya, cara ibu mendedel itu salaah, harusnya bukan di bagian ketiak. Kalau sudah gitu jadi makin rempooong deeh karena jahitan itu kan saling sambung menyambung jadi satu gak bisa seenak-enaknya dilepas di tengaaah.
Huh. Maksud ibu baik sebenarnya mau bantuin aku biar gak repot, tapi karena gak tahu jadi malah makin susah :'(
Saya jadi speachless nih! Gak bisa ngomong apa-apa.
Kayaknya saya gak nyelesein kemeja bapak dulu deh. Saya selesein gamis saya sendiri aja lah sambil nunggu betenya ilang >,<

Kamis, 23 Juni 2016

Jahitan Konveksi

Saya sedang bikin seragam keluarga nih buat lebaran. Tadi pagi, hasil jahitan saya dilihat oleh guru kursus. Saya sedang menjahit kemeja bapak dan kakak waktu itu. Kata guru, hasil jahitan sudah lumayan baik, tapi kalau dinilai standar jahitan saya baru setara dengan jahitan konveksi yang borongan gitu. Kalau dibandingin jahitan baju-baju mal masih jauuh. Hihihi.
Jadi sedih, nih. Ini memang kali pertama saya bikin kemeja pria, tapi alhamdulillah sih udah lumayan. Tinggal terus latihan lagi agar lebih rapi :)

Senin, 20 Juni 2016

Setelan Bungaku

Iseng banget deh kasih nama "Setelan Bungaku", padahal atasan dan rok ini gak sengaja saya buat nyetel hehe. Gak tahu kenapa bisa cocok aja dipakainya.

Sama seperti blus biru sebelumnya, atasan bahan semi jeans kombinasi ini juga hasil rombakan dari gamis lama yang sudah tak lagi dipakai. Lalu, dikombinasikan dengan sisa bahan pink yang ada di rumah.
Beberapa bulan kemudian, saat saya jalan-jalan ke Pasar Tegal Gubug, Tegal, ada penjual yang mengobral murah dagangannya. Alhasil, saya beli saja kain bunga-bunga di atas. Saya sulap jadi rok. Cling! Aha'! Dan ternyata warnanya bisa matching! Aih, kalau jodoh, emang bisa aja ya jalan ketemunya #eaaa.

Blus Biru

Ini lho, Bloggy, yang saya bilang rok embos terus saya dedel ulang karena ngerasa gak cocok jadi rok hihi. Sekarang jadi blus biru sederhana nih. Saya kombinasikan dengan bisban hitam. Saya juga kasih pita di tengah biar sedikit manis (adik saya yang pertama punya ide soal tambah pita)


Hmmm, sebenernya sih, garis bisban item itu buat nutupin sambungan. Ups, maklum, kain daur ulang jadi sambung-sambungan. Eit, jangan bilang-bilang, ya, Bloggy hahaha.

Selasa, 07 Juni 2016

Pendedel: Alat Perombak Masa Lalu

Pendedel adalah alat yang paling dihindari saat menjahit. Pasalnya, memakai pendedel berarti melepas ulang jahitan yang sudah terpasang rapi. Yaps, memang itu kan fungsi pendedel? Untuk melepas jahitan yang salah, bisa karena kurang rapi, tidak lurus, atau memang posisi menjahitnya yang salah. Dan itu sangat menyedihkan huhuhu.
Ibarat masa lalu, pendedel itu bak alat yang mampu menyusurinya untuk masa depan yang lebih baik. Malas sekali memang saat sudah capek-capek menjahit dan ternyata salah. Kalau harus mengulang lagi sih gak masalah, tapi kita perlu melepas satu demi satu jahitan yang sudah terlanjur terpasang. Sebut saja, seperti mengulik kenangan buruk di masa lampau hahaha.
Tapi, ada kalanya kenangan buruk harus ditelusuri keburukannya bukan? Agar kita bisa belajar dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Demikian pula dengan menjahit, meski menjengkelkan, saya coba bersemangat ketika harus mendedel jahitan. Karena toh, itu juga demi kebaikan pembelajaran saya.  Hihihi.
Hari ini saya memutuskan untuk mendedel rok embos yang sudah rapi saya jahit karena ternyata bahan embosnya tidak terlalu nyaman dipakai sebagai rok. Yayaya, akan saya dedel semuaanyaaa~, mau saya bikin blus sederhana saja kalau bisa. Lihat nanti ya!


Rabu, 20 April 2016

Kartini's Day

Di kota saya, peringatan Hari Kartini masih sebegitu semaraknya. Setiap sekolah mengadakan acara perayaan dengan mewajibkan siswanya berpakaian adat. Tak terkecuali di tempat saya mengajar. Well, saya pun jadi punya "alasan" untuk membuat kebaya.
Terlepas dari bagaimana sejarah dan peran Kartini di negeri ini, saya tetap menghargai perayaan ini. Happy Kartini's Day, saya merasa keren deh pakai kebaya jahitan sendiri #halah hahaha
Taraaa

Selasa, 19 April 2016

Floral Daster


Ini daster kedua yang saya jahit, daster pertama dibuat untuk ibu saya sendiri--beliau gak mau di foto. Daster dengan kancing depan sampai dada ini, di dunia jahit menjahit, disebutnya model "bobokan". Saya awalnya mereka-reka bagaimana cara menjahitnya--imajinasi saya tidak sampai ke sana--, tapi setelah diajarin instruktur, ternyata tidak terlalu sukar. Dan saya hanya bisa ber-Oh! sembari menyelutuk, " Cuma begitu doang? Luar bisasa."
Ilmu itu meski sebenarnya mudah dipelajari, kalau tidak belajar ya akan terlihat susah. Yippy, saya suka menjahit model bobokan! ;-)

Minggu, 17 April 2016

Kebaya Kutu Baru

Kebaya kutu baru 98%. Tinggal dirolbis bagian lengan besok pagi dan jadiii, siap dipakai deh buat Kartinian, horeee :D

Sabtu, 16 April 2016

Indyra Collection

Hai, Bloggy.
Tetiba saya kepikiran buat bikin "indyracollection" lho. Yap, tepat sekali yang kamu pikirkan, buat apa lagi kalau bukan buat mewadahi kreativitas saya dalam menjahit? Hm, seru kali ya kalau hasil jahitan sendiri bisa dipasarkan.
Sejauh ini, saya sudah menerima jahitan dari tetangga--nanti saya unggah gambarnya kalau sudah jadi--tapi sejauh yang saya kerjakan, semua model terserah saya. Tetangga saya menyerahkan sepenuhnya kepada saya. Saya merasa hasilnya lebih maksimal dibanding ketika menjahit baju pesanan adek yang sesuai dengan keinginan dia.
Saya jadi berpikir, mungkin saya ini memang lebih cocok jadi creator daripada seller. Hm, jadi indyracollection nanti akan memajang hasil jahitan saya, bukan menerima pesanan. Atau kalaupun pesanan, sistemnya preorder kali ya. Ini cuma sekadar keinginan yang numpang lewat sih, entah bagaimana nanti ke depannya. Doain yang terbaik, ya, Bloggy. Saya senang berkutat di dunia jahit menjahit :))

Jumat, 25 Maret 2016

Seragam

Setelah dua minggu disibukkan oleh beberapa hal hingga tak sempat "megang" jahitan, akhirnya di Sabtu yang mendung ini saya bisa menyelesaikan seragam guru PAUD ini. Saya coba-coba cari modelnya di internet. Ternyata dalam membuat kemeja kombinasi, hal paling rumit ada di proses memotong kain. Butuh imajinasi hihihi. Saya saja ini masih kurang matchingin bunga-bunganya. Tapi yasudah, lumayan, alhamdulillah. Udah bisa bikin kerah! :D

Kamis, 03 Maret 2016

Bahagia Itu Pakai Baju Jahitan Sendiri

Foto ini spesial. Yap, karena saya pakai baju dan rok jahitan saya sendiri hihihi. Ada rasa bangga dan keren gitu lho, Bloggy. Seneng karena akhirnya bisa juga bikin baju model kemeja dengan kerah dan manset bagian lengan yang cukup ribet bagi penjahit pemula.
Kalau ada yang bilang bahagia itu sederhana, saya setuju deh. Bahagia itu emang sesederhana pakai baju jahitan sendiri. Alhamdulillah, semoga ini menjadi awal yang baik. Doakan, ya, Bloggy :)

Sabtu, 27 Februari 2016

Kapur Jahit: Sebuah Penanda

Kita butuh jalan setapak untuk berjalan. Kita butuh rasa lapar untuk mulai mencari makanan. Kita butuh azan untuk segera menunaikan salat. Kita butuh aturan agar segala hal berjalan dengan kenyamanan. Kita butuh agama supaya hidup damai sentausa.
Yap, kita butuh penanda sebagai dasar melakukan sesuatu. Dalam ilmu bahasa pun sudah disebutkan bahwa segalanya berawal dari simbol, tanda.
Di dunia jahit menjahit, saya bertemu dengan si warna warni kapur jahit. Sebagaimana guna kapur pada umumnya, kapur jahit pun berguna sebagai penanda. Memberikan garis batasan dalam menjahit atau menggunting kain.
Setelah pola ditempelkan pada kain, butuh dilebihkan 1,5 cm sebelum kain digunting. Lebihan itu untuk jahitan. Di sanalah kapur jahit biasa berperan. Sekilas, perannya memang terlampau kecil. Tak diberi kapur pun tak masalah, masih bisa dikira-kira.

Namun, seperti hal kecil pada persoalan lain, tanpa kapur atau alat penanda lainnya, penjahit bisa dibuat galau setengah mati. Ini serius ^^

Ini dia penampakan kapur jahit, lucu, yah. Harganya sekitar 3.500-an di toko alat-alat jahit :)


NB: gambar diambil dari Google

Jumat, 26 Februari 2016

Jarum: Ujungnya Tajam, Pangkalnya Berlubang

Seperti anak-anak, saya senang bermain tebak-tebakan. Salah satu tebakan kesukaan saya jika sedang bermain bersama teman-teman di Tegal adalah
"Pucuke lancip, bongkote bolong, diwalik mod. Apa?"
"Ujungnya lancip, pangkalnya berlubang, dibalik mod (lembut), apa?"
Jawabannya adalah DOM atau jarum. Seperti yang kita tahu, jarum itu berujung lancip dan pangkalnya berlubang. Tebakan ini tidak bisa diberikan dalam bahasa Indonesia karena berdasarkan susunan katanya DOM (jarum dalam bahasa Tegal) kalau dibalik jadi MOD hehehe.
Anyway, setelah belajar menjahit saya jadi tahu kalau ternyata ada lho, jarum yang gak seperti definisi di atas. Yap, jarum mesin jahit!
Jarum mesin jahit itu berbeda dengan jarum tangan yang biasa kita pakai. Jarum mesin jahit memiliki ujung lancip sekaligus berlubang, jadi lubang benang ya di ujung yang lancip itu, Bloggy. Lucu, ya ;)

Oh ya, ini gambar jarum jahit tangan biasa...
Kalau yang ini gambar jarum jahit mesin


Note: gambar diambil dari mesin pencari Google

Jumat, 19 Februari 2016

Jahitan Pertamaku




Setelah berkutat dengan pola selama dua minggu, di minggu ketiga saya mulai “bermain” dengan kain. Yaps, sudah saatnya memotong bahan untuk menjahit baju pertama. Bagi pemula, hal pertama yang harus dibuat adalah blus sederhana tanpa kerah. Goal pelajaran tersebut memang baru sampai bisa memasang lengan dengan baik, belum sampai memasang kerah, apalagi berbagai kombinasi.
Semua proses alhamdulillah dapat saya lalui dengan baik. Akan tetapi, ketika blus sudah selesai dijahit—tinggal dicoba—ternyata ukurannya sempit di badan, hanya ngepas saja, tidak longgar. Huhuhu.
Saya pun berpikir keras, apa yang salah, ya? Saya sudah mengikuti instruksi dengan baik kok. Ketika diskusi dengan instruktur pun, tidak ada masalah dalam prosesnya. Hm, hm, hm. Akhirnya, saya menyempitkan bagian kancing—yang seharusnya dilipat 4 cm, saya hanya lipat 2 cm—sehingga blus pertama pun bisa dipakai.
Belakangan, setelah praktik beberapa kali, saya baru menyadari kesalahan saya. Ternyata, saya salah dalam memotong bahan! Meskipun ukuran dalam pola sudah dilebihkan untuk kancing, saat memotong bahan ternyata perlu dilebihkan lagi. Huah! Sekarang saya jadi lebih saksama dalam memperhatikan instrukur! Sama hati-hati memotong, cek cek cek! Yeah.
Tahu, gak, Bloggy. Menemukan kesalahan itu rasanya bahagia sekali!

Kamis, 18 Februari 2016

Menjahit = Belajar Kehidupan



Jika dikaitkan dengan kehidupan, menjahit dan segala kerumitan prosesnya memberi saya banyak sekali pelajaran. Menjahit pakaian, dari mulai pengukuran sampai pakaian siap dipakai, bukanlah proses yang sebentar. Setiap detail dari tahapan-tahapannya saling memengaruhi. Artinya, jika salah di tahap satu, jelas tahap selanjutnya tidak akan sempurna. Berikut ini beberapa pelajaran dalam menjahit yang cukup “menampar” diri saya
Pertama, Membuat Pola
Hal pertama yang dilakukan seorang penjahit setelah mengukur adalah membuat pola pakaian. Pola yang baik akan menghasilkan baju yang baik. Pola bisa dikatakan sebagai bagian vital sebelum jahit menjahit mulai dilakukan. Tanpa pola, tidak akan ada baju yang diharapkan. Dalam hidup, pola ibarat rancangan dan rencana yang disiapkan dengan matang. Sementara saya termasuk orang yang kurang senang membuat rencana (hahahay). Dari menjahit, saya belajar bahwa segala hal memang harus dipersiapkan, dipersiapkan. Paling tidak, pola dasarnya. Yap, setiap ukuran perlu dibuat pola dasar terlebih dahulu. Dari pola dasar inilah pola dapat dikembangkan menjadi kemeja, blus, gamis, bahkan gaun pesta. Intinya, pola atau rencana itu penting!
Menyepelekan Ukuran
Tanpa bermaksud mengutip slogan sebuah rokok yang berbunyi “ukuran itu penting”, dalam menjahit hal itu memang sangat dibenarkan. Untuk membuat pola, penjahit perlu menerapkan rumus untuk membentuk pinggang, panggul, atau kerah. Rumusnya memang tak serumit logaritma, namun cukup mengerutkan dahi. Misalnya, untuk menentukan panjang bagian pinggang pada pola bagian depan digunakan rumus  x lingkar pinggang + 3 (jika akan diberi kupnot) + 1. Kadang, jika ukuran yang didapat tidak bisa dibagi empat, penjahit suka mengurangi atau melebihi agar memudahkan perhitungan. Melebihi boleh, mengurangi sebaiknya jangan deh ya hehe. Hal serupa berlaku ketika memotong bahan, ukuran yang disepelekan seringkali berubah menjadi masalah besar ketika sudah memasuki proses menjahit. Dari sini saya belajar untuk tidak menyepelekan hal-hal kecil dalam hidup!
Kurang Rapi Sedikit Gak Papa Lah Ya!
Tingkat kerapian menjahit saya berbanding lurus dengan suasana hati alias mood. Kalau mood-nya baik, insya Allah jahitannya bagus dan cepat selesai. Tapi kalau lagi “kumat”, mending gak usah deket-deket mesin, deh. Hehehe. Menjahit sangat diperlukan perfeksionisitas, jika terbiasa “mengampuni” ketidakrapian selamanya kita tidak akan pernah bisa belajar. Begitu kira-kira yang disampaikan instruktur di tempat kursus. Meski mengiyakan, saya masih sering alpa dari kesempurnaan. Kadang, karena lelah, saya memutuskan untuk puas dengan jahitan yang ala kadarnya. Alasannya, untuk dipake sendiri ini, buruk sekali! Tapi segala hal memang butuh proses, termasuk untuk meningkatkan awas diri dan memperketat asas “mengampuni” diri sendiri.
Mendedel, Mengurai Keadaan
Hal paling menyebalkan dalam menjahit adalah mendedel. Apa itu mendedel? Mendedel adalah proses mengurai kembali benang yang telah dijahit karena kesalahan. Simpelnya, mendedel itu seperti menghapus apa yang telah kita tulis. Namun, mendedel menjadi begitu menyesakkan ketika telah melalui serangkaian tahapan menjahit yang tersadar salah dan harus didedel dari awal. Mendedel artinya siap mengulangi “perjuangan” sekali lagi padahal mendedelnya sendiri juga sudah termasuk perjuangan. Hati-hati dan teliti menjadi kunci agar tidak berhadapan dengan pendedel (alat yang dipakai untuk mendedel). Sedihnya, dua kata itu, hati-hati dan teliti, merupakan kata-kata yang tidak terlalu dekat dengan hidup saya. Well, saya belajar keras dalam hal ini. Semenjak kursus, saya sepertinya sedikit demi sedikit mulai memerhatikan hal-hal kecil dan mendetail di kehidupan saya. 

Pada intinya, kita bisa belajar dari setiap keadaan di sekitar kita. Belajar itu menyenangkan, tetapi lebih menyenangkan jika kita bisa membagikan ilmu kita. Semoga dengan belajar menjahit, saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik, ya, Bloggy (entah dari mana korelasinya) :)) 

Kursus Menjahit

Hai, Bloggy. Sejak sebulan yang lalu, saya punya aktivitas baru lho. Yaps, kursus menjahit! Hihihi. Kayaknya sudah saatnya saya memenuhi keinginan ibu yang pengen punya penerus di bidang jahit menjahit. Tahu gak, sih, ibu saya sudah menyiapkan mesin jahit buat saya sejak saya SD lho.
“Ini buat kamu kalau udah nikah nanti.” begitu katanya. Ya kali, pikir saya waktu itu.
Sejak kecil saya sudah dekat dengan mesin jahit. Ibu sengaja melepas jarum di mesin agar saya bisa bermain genjitan mesin dengan aman. Setelah saya bosan, ibu mulai memberi tantangan.
“Coba, sekarang kamu genjot tapi biar rodanya muter ke depan terus.” sebelumnya roda mesin berputar ke depan belalkang,, bolak-balik sesuka hati saya.
Setelah piawai mengendalikan laju roda supaya ke depan terus. Ibu memasang jarum di skoci lalu membolehkan saya menjahit kertas. Waktu itu, masih belum pakai benang. Jadi, dulu saya gemar sekali menjahit kertas, nanti kertasnya dipakai buat mainan tiket-tiketan. Kan bekas jahitan berupa lubang-lubang jarum yang membentuk garis bisa dengan mudah disobek. Seperti batas sobek di sini yang tertera di tiket-tiket lho. Kekeke.
Waktu SMP saya sudah dibolehkan menjahit menggunakan benang. Tapi, saya masih belum boleh memakai kain, jadi masih menjahit di atas kertas. So, semua buku tulis dan LKS saya jahitin bagian tengahnya. Jadi gak ada deh buku yang streplesnya pada lepas, semua aman karena jahitan.
Kemampuan menjahit saya berkembang setahap demi setahap. Sekarang saya alhamdulillah sudah bisa menjahit kain, tapi ya hanya sekadarnya saja.
Dulu, ibu pengen banget kursus menjahit. Pengen bisa bikin baju sendiri katanya, tapi ibu gak punya uang buat biaya kursus. Sekalinya dapat kesempatan belajar di teman yang bisa menjahit, temannya keburu menikah dan ikut suaminya ke luar pulau.
Jadi, sampai sekarang ibu belum berani motong kain. Takut salah, katanya. Tapi kalau menjahit ibu jago. Makanya, beliau seneng banget gitu waktu saya menuturkan keinginan untuk kursus menjahit. Lagian, saya kurang sibuk selama di Tegal kekeke (gaya banget dah).
Yippy, akhirnya hari ini pun tiba. Saya belajar menggambar pola. Dari pola blus dasar, rok, celana kulot, lengan, sampai kebaya. Yap, kebaya! Siapa tahu nanti bisa bikin kebaya sendiri kan buat lamaran, wkwkwk. Jadi semangat gitu belajarnya hahaha. Emang, ada yang mau ngelamar? #plak! Wkwkwk.
Oh, ya, ternyata menjahit itu super duper njelimet. Saya masih berkutat di gambar pola ya, belum motong kain. Belum masuk mesin! Untuk membuat pola ada banyak rumus yang perlu dipahami biar jahitannya rapi dan sreg di badan. Saya kembali belajar Matematika setelah sekian lama tak memedulikannya. Diperlukan imajinasi tingkat tinggi juga buat memahami setiap garis lurus dan lekuk yang ada di sana.
IMG_20151229_131758 IMG_20151229_183057

Kenalan

Hallo, Bloggy! Kaget ya, kenapa saya bisa tiba-tiba nongol di sini? Yippy, ini adalah blog khusus yang saya buat untuk merangkai kisah saya di dunia perjahitan. Jangan lupa follow, ya!
Oh, ya, Bloggy adalah sebutan untuk pembaca blog saya sebelumnya. Buat yang baru kenal sama blog ini, siap-siap saya panggil Bloggy juga ya. Kalian juga bisa lihat-lihat tulisan alay saya (kalau minat) di indyrasuci.wordpress.com. Saya juga suka mendongeng, tapi cuma sebatas hobi aja. Tulisan-tulisan dongeng saya bisa dilihat di sini dongengkaksuci.blogspot.com hihihi. Tapi, kalau mau tahu cerita dan informasi seputar jahit menjahit ya di sini saja.
Kenalan singkat aja nih, ya. Saya Suci Indyra, seorang perempuan yang dari dulu pengen banget punya buku sendiri tapi gak kesampean-kesampean, wkwkwk. Kayaknya, sih, ka
rena saya kurang fokus. Kurang ilmu juga. Huft, mohon doanya aja deh ya.
Sekarang sedang mencoba peruntungan di bidang lain hahaha. No, no, menjahit emang hobi saya dari dulu kok. Menjahit dan menulis sama-sama mengasyikkan bagi saya. Hm, bagaimana kalau saya bikin buku tentang menjahit saja? Hahaha.
Oke, balik lagi ke perkenalan ya. Saya lahir di Kota Tegal, sekolah dari SD sampai SMA di sini dan kuliah Sastra Indonesia di UI. Selesai kuliah, balik lagi ke kampung halaman tercintaaaa. Okeedeeh, segitu saja ya kenalannya. Selamat menikmati hari, Bloggy!